Orang
boleh jadi belum mengenal Habib Syekh, tapi cepat atau lambat, Sang Habib akan
segera datang menyapa dengan lantunan suara salawat yang begitu merdu, tentu
beserta dengan ribuan lebih jamaah setia yang sudah lebih dulu “akrab”
dengannya. Suaranya yang berat, berwibawa lagi khas tidak hanya “menyihir”
(menghipnotis) ribuan jamaah, tapi juga “menghentak” para kawula muda yang
biasanya dengan berpakaian putih-putih mendatangi pengajian. Mereka
berarak-arakan mengibarkan bendera layaknya sebuah konvoi. Tidak sembarang
bendera, tapi bertuliskan “Syekher Mania ”, dan juga ada bendera-bendera lain
yang berkibar mendampingi seperti bendera “Slankers” dan supporter bola
tertentu.
Siapa Sang Habib Itu?
Habib
Syech bin Abdul Qodir bin Abdurrahman Assegaf . Beliau adalah tokoh Alim dan
Imam Masjid Assegaf yang berada di Pasar Kliwon kota Solo. Berawal dari Pendidikan
dari guru besarnya sekaligus Ayahanda, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
mendalami Ilmu agama berlanjut ke paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman
Assegaf yang datang dari Hadramaut. Habib Syech juga mendapat pendidikan,
dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam Al-Arifbillah, Al-Habib
Anis bin Alwiy Al-Habsyi “Imam
Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi”. Berawal dari dukungan beliau,
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf mensyiarkan sekaligus mengumandangkan
Sholawat Nabi yang berawal di kota Solo. Dengan penuh keyakinan dan niat
lillahi ta’ala, perkembangan syi’ar sholawat beliau sampai saat ini semakin
pesat. Namun hal ini juga tak terlepas dari peran serta Majelis Ahbabul
Musthofa.
Majelis Ahbabul Musthofa sendiri berdiri sekitar tahun 1998 di kota
Solo, tepatnya di kampung Mertodranan. Berawal dari majelis Rotibul Haddad dan
Burdah serta maulid Simthut Duror, Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf memulai
langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW melalui lantunan sholawat.
Perjalanan hidup Habib kelahiran Solo, 20 September 1961, ini cukup
berliku. Beliau pernah jaya sebagai pedagang tapi kemudian bangkrut. Di saat
sulit itu, justru Sang Habib tampil melakukan dakwah menggunakan “kereta angin”
ke pelosok-pelosok untuk melaksanakan tugas dari sang guru, almarhum Habib Anis
bin Alwi Alhabsyi, imam masjid Riyadh, Gurawan, Solo. Pada saat itu Habib Syekh
bin Abdul Qadir Asseggaf juga sering diejek sebagai orang yang tidak punya
pekerjaan dan habib jadi-jadian. Namun Habib Syekh tidak pernah marah atau
mendendam kepada orang yang mengejeknya. Justru sebaliknya, beliau tetap
tersenyum dan terkadang berderma (memberi sesuatu) kepada orang tersebut.
No comments:
Post a Comment